Trip mendaki Gunung Sumbing 29 – 31 Desember 2012 ini adalah trip terakhir gue di tahun 2012 dan sekaligus pengalaman pertama gue dalam mendaki gunung. Karena pengalaman pertama tentu gue mendapat banyak pelajaran yang di dapat ketika mendaki gunung beserta suka duka yang di alami, ya walau lebih banyak duka nya namun hal itu malah semakin membuat gue mempunyai hasrat yang besar untuk mendaki gunung-gunung lain suatu hari nanti
Perjalanan ini gue mulai dari tanggal 28 December 2012, bersama kakak gue, kita pun meluncur ke Terminal Pulogadung untuk menuju Pool Bus Handoyo jurusan Jakarta – Yogyakarta yang biaya nya 120 ribu (Bus Eksekutif). Bus berangkat pukul 17.30 dan di sepanjang perjalanan gue sendiri tertidur dengan pulas dan akhirnya sampai di Magelang sekitar pukul 09.00 tanggal 29 Desember 2012.
* * * * *
Di Magelang, rombongan gue langsung di jemput dengan mobil carteran untuk menuju kediaman salah satu peserta rombongan untuk melakukan packing ulang barang. Setelah menyiapkan perlengkapan logistik dan istirahat cukup di tempat singgah ini, pukul 14.00 akhirnya perjalanan ke Desa Butuh pun di mulai karena rombongan kami memilih jalur pendakian lewat jalur desa ini.
Sayang cuaca kurang bersahabat, baru saja kami menaiki mobil bak terbuka, tiba-tiba hujan deras turun. Terpaksa kami pun mengeluarkan jas hujan masing-masing dan kami pun terpaksa berhujan-hujanan dalam perjalanan menuju Desa Butuh. Sebelum mencapai Desa Butuh, supir tiba-tiba memberhentikan mobil nya dan mampir ke pasar yang kata nya untuk membeli kembang untuk keperluan mendaki Gunung Sumbing nanti, gue sendiri kurang paham maksudnya apa ketika itu.
Perjalanan ke Desa Butuh sendiri merupakan perjalanan yang menanjak sehingga harus di pastikan kendaraan yang di gunakan dalam keadaan optimal. Sepanjang perjalanan akan di suguhi pemandangan khas dataran tinggi dan terlihat dengan jelas di depan Gunung Sumbing berdiri dengan gagah.
Rombongan kami akhir nya sampai di base camp Gunung Sumbing di Desa Butuh setelah menempuh perjalanan 2 jam lama nya. Hawa dingin langsung merasuki tubuh begitu gue melepas jas hujan yang basah, hal itu wajar karena Desa Butuh ini berada di ketinggian sekitar 1500 mdpl.
Setelah merapikan jas hujan dan turun dari mobil, perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki menuju rumah kepala dusun, Bapak Mukhsinun untuk melapor terlebih dahulu sebelum mendaki ke Gunung Sumbing. Di rumah kepala dusun ini, kami di perlakukan sangat ramah sekali sama seperti warga di Desa Butuh ini, mereka semua sangat ramah terhadap pendatang seperti kami, hanya saja semua menyapa menggunakan bahasa Jawa, sehingga gue sendiri hanya bisa menyapa singkat dan tersenyum “Siang/Sore Pak/Ibu…”
Setelah selesai menulis buku tamu yang di sediakan di rumah kepala dusun, kami pun berbincang-bincang seputar hal-hal yang di harus di hindari untuk menaiki Gunung Sumbing yang berketinggian 3371 mdpl ini. Pak kepala dusun kemudian memberitahukan hal-hal yang harus di hindari :
- Jangan memakai pakaian berwarna hijau
- Jangan berbicara “Adem” dan “Dingin” ketika melakukan pendakian
- Jangan berbicara “Jalanan nya susah / sulit dan semacam nya” ketika melakukan pendakian
- Jangan berbicara sok-sok menantang (yang ini sepertinya berlaku di gunung manapun :D )
- Disarankan apabila ingin ke Puncak Gunung Sumbing membawa Kembang dan Kemenyan untuk di letakkan di makam Ki Ageng Makukuhan yang terletak di Puncak Gunung Sumbing
Cuaca saat itu tidak terlalu bagus karena hujan deras, hal tersebut membuat kami mengurungkan niat untuk menanjak. Gue sendiri memilih duduk sejenak di kursi sambil membayangkan apa yang bakal gue alami ketika menanjak nanti. Pukul 18.00 ketika hujan sudah berhenti, akhirnya kami dengan 2 orang guider warga lokal berangkat dan tidak lupa pula kami minta ijin berangkat terlebih dahulu kepada kepala dusun.
Udara saat itu makin bertambah dingin dan kabut bertambah tebal seiring langit yang sudah semakin gelap. Headlamp pun gue ikat di kepala sebagai senjata utama dalam mendaki gunung ini.
Perjalanan awal dari sekitar rumah kepala dusun di awali dengan tanjakan dan anak tangga nya yang panjang banget. Karena sudah malam dan penerangan hanya mengandalkan dari headlamp, yang terlihat di sebelah kiri dan kanan gue hanya lah tanaman perkebunan warga setempat. Sedangkan di depan mata gue hanyalah tanjakan dengan anak tangga nya yang tidak terlihat ujung nya juga padahal sudah 2 jam nanjak.
Ketika sudah masuk 3 jam penanjakan (sekitar pukul 21.00), perjalanan agak berjalan lebih lambat di karenakan 2 orang peserta yang membawa tenda sepertinya stamina nya terkuras di akibatkan jalur tangga menanjak ini. Saat itu rombongan kita berada di sekitar hutan dengan pohon-pohon nya yang menjulang tinggi.
O ya karena perjalanan mendaki ini di lakukan di malam hari dan kebetulan gue jalan selalu paling depan, tentu saja gue berharap ga ketemu seseorang di depan gue secara tiba-tiba, ya you know lah what i mean Sekitar pukul 22.00, rombongan kami akhirnya tiba di Pos 1 yaitu sebuah area datar kecil yang besaran nya sekitar ukuran tenda.
Di Pos 1 itu kami beristirahat sejenak sambil membuka camilan wafer dan meminum sedikit air jahe yang sudah di siapkan untuk hanya sekedar menyegarkan kerongkongan dan menghangatkan badan. Di tempat ini, 2 orang yang membawa tenda akhirnya memutuskan memakai jasa 2 guider lokal untuk membawa tas carrier yang sudah di kurangi isi nya untuk mengurangi beban yang ada.
Terlihat begitu mudah 2 orang guider lokal itu membawa tas carrier, gue sendiri dalam hati sampai bilang WOWWW saat itu Dan gue harus teriak dalam hati WOWWWWWW lagi ketika alih-alih harusnya 2 guider lokal itu jalan nya lebih lambat karena beban baru, malah yang ada mereka jalan bertambah cepat, gue jadi pengen tau rahasia nya biar kuat begitu!
Setelah Pos 1 ini, jalur yang di lalui sudah mendatar dengan melewati padang ilalang yang lebat. Ada perpotongan sungai kecil juga di jalur yang di lewati ini, air nya cukup deras berhubung masuk musim hujan. Hati-hati melewati jalur perpotongan sungai ini karena licin banget batu nya, gue sampai jatuh 2x dari total sekitar 10 perpotongan sungai kecil.
Setelah melewati sungai ke terakhir (sekitar pukul 00.30), jalur yang di naiki sekarang masih berupa padang ilalang namun menanjak ke atas dengan jalur pendakian yang sempit dan banyak menguras stamina karena harus memanjat di tambah angin yang semakin kencang bikin badan semakin mengigil kedinginan. O ya, gue lebih prefer berjalan terus daripada berhenti karena kalau berhenti sekitar 10menit aja tangan sama daerah kepala jadi mengigil mana gue kaga bawa kupluk lagi
Awal nya rombongan kita berencana mendirikan kemah di sekitar kawah, cuma karena angin malam saat itu semakin kencang karena waktu sudah memasuki sekitar pukul 01.30 dan perjalanan menuju kawah masih menempuh 1,5 jam lagi menurut guider maka di putuskan mendirikan tenda di area datar di sekitar area padang ilalang.
Ciri khas nya area datarnya itu hanya ada satu pohon yang paling besar terlihat disitu, atau biar simple sebut ajah pos pohon tunggal. Akhirnya pukul 02.00 dengan di temani angin gunung yang kencang banget, rombongan gue pun mendirikan tenda.
Dan setelah tenda berdiri dengan kokoh, gue pun langsung buru-buru masuk tenda dengan harapan badan gue jadi hangat kembali karena angin di luar tenda sedang kencang-kencangnya. Dengan di temani bulan yang tepat berada di atas tenda, gue pun coba mencoba tidur di dalam sleeping bag.
Namun harapan hanya lah tinggal harapan, pada akhirnya malam itu gue benar-benar tidak bisa tidur sama sekali karena udara dingin hinggap di badan gue, terutama area tangan dan kaki yang sampai mengigil, padahal gue udah pake sarung tangan, kaos kaki bahkan sleeping bag.
Pukul 05.00 pagi gue memutuskan keluar dari tenda untuk melihat sunrise dengan di temani gunung merapi dan merbabu jauh di seberang sana. Setelah melihat sunrise dari Gunung Sumbing ini, gue pun tidak menyesal telah mendaki Gunung Sumbing ini selama 8 jam dalam keadaan gelap-gelapan.
Gue pun memanfaatkan momen sunrise ini untuk mengambil foto-foto karena sepertinya rombongan gue tidak ada yang berniat melanjutkan ke puncak, ya gue cukup maklum mengingat faktor kelelahan karena waktu tidur yang kurang serta masih membutuhkan kurang lebih 2 jam untuk sampai ke puncak
Sekitar pukul 06.00, teman-teman gue pun satu-persatu keluar dari tenda. Ada yang membuat api unggun, ada yang memasak, ada yang foto-foto, ada juga yang duduk-duduk melamun. Pada tanggal hari pendakian itu, hanya rombongan gue ajah yang naik ke gunung ini, seperti gunung ini kurang favorit untuk menyembut pergantian tahun di bandingkan gunung yang ada jauh di seberang sana.
Tapi karena hal tersebut gue dapat menikmati momen tenang di atas gunung ini Sekitar pukul 07.30, kabut mulai menghampiri daerah sekitar tenda kami, sehingga pandangan gunung merapi dan merbabu di seberang pun jadi tidak terlihat lagi, yang terlihat di sekeliling gue saat itu hanya lah awan putih yang menyelimuti langit.
Setelah tertidur nyenyak selama 2,5 jam sehabis makan pagi, gue pun mulai packing-packing kembali karena rombongan berniat turun kembali sekitar pukul 10.00 pagi. Akhirnya setelah packing tenda, barang-barang dan membersihkan sampah di sekitar kawasan pos pohon tunggal, rombongan pun berangkat turun pukul 10.30 pagi.
Untuk perjalanan turun gunung nya sendiri memakan waktu 3,5 – 4 jam an dalam keadaan hujan-hujanan dan sampai di rumah kepala dusun sekitar pukul 14.00 siang. Sebagai akibat hujan-hujanan itu, gue pun langsung terserang flu berat tapi tetap bersyukur karena dapat sampai ke rumah kepala dusun dengan selamat walau gue terpleset sekitar 5x karena jalur nya yang licin banget gara-gara hujan deras.
Well, perjalanan naik gunung yang selalu di temani hujan ini akan menjadi pengalaman berharga gue untuk menaiki gunung-gunung lain nya.
Sampai jumpa di post berikut nya di tempat yang baru dan terima kasih sudah membaca cerita perjalanan ini, Salam Traveller!
We Are Born to Be Free!
Wah sprtinya keren
jadi pengen…………………..
Langsung eksekusi aj, jangan pikir panjang lagi :)
waaw q jg prnh daki gunung sumbing, tp udh lama, awal th 2009 lalu..
hemmm pokoknya klo udah nympe atas rasanya terbayarkan
yoi setuju banget! tos dulu dah :D
Selamat mas. Saya dulu juga sering naik gunung, lawu, sumbing, sindoro, merapi, merbabu, dll… Sekarang sudah agak uzur dan sibuk dengan aktivititas kantor. So, saran saya: mumpung masih muda, dan belum banyak tanggungan, sering seringlah aktivitas positif begini, nanti kalau udah nikah, susah lho…. I do envy your activities. Enjoy and take care ya…
Yup masbro, terimakasih atas saran nya.
Saya juga setuju memang aktivitas positif begini harus selalu di lakukan terlebih masih muda seperti yg masbro blg.
Thx dah mampir
Terakhir gw naik sumbing lewat jalur butuh tahun 2011 gw juga ngecamp persis dilereng yg cuma ada satu pohon kek pic diatas, cuman bedanya waktu itu setelah pos 1 sampe puncak hangus terbakar. Seneng deh skrg dah ijo lg
seperti nya tempat berdiri pohon besar itu jadi tempat favorit untuk ngecamp ya kebetulan ketika datang waktu itu lagi musim hujan sih bro, jadi dah ijo lagi mungkin haha
thx for coming
mantab sekali bro.. namanya juga gunung tertinggi ke 2 di jawa tengah..
yoi mantap emang ni gunung, pengen rasa nya naik gunung-gunung yang lain lagi suatu hari nanti, thx udah mampir ya bro
Banyak juga pantangannya ya, ga kalah banyak sama Gunung Lawu
Karena belum pernah ke Gunung Lawu jadi belum tau pantangan nya sebanyak apa, tapi thx info nya masbro
sumbing memang menarik hati, tapi treknya benar-benar membuat kewalahan
iya bro bener banget trek nya bikin kewalahan, maka nya kurang jadi favorit pendaki lain nya, waktu itu liat di buku tamu nya di kepala dusun juga ga terlalu banyak yang udah naik, tapi recommended deh kalau masalah view di atas gunung nya